FGD Peringatan ke-50 Supersemar di Hotel Bidakara,
Sabtu (13/2/2016)
Tokoh Militer dari Angkatan Darat (AD), Letjend
TNI Kiki Syahnakri mengatakan, perdebatan mengenai Surat Perintah 11 Maret 1966
(Supersemar) tidak akan pernah ada habisnya. Dia menilai peristiwa itu
seharusnya disikapi secara arif.
Kearifan itu bisa berangkat dari pemahaman bahwa dua tokoh penting dalam
peristiwa tersebut menegakkan Pancasila sebagai ideologi Indonesia. Mereka
adalah Presiden ke-1 RI Soekarno dan Panglima Tertinggi Angkatan Darat
saat itu Letjend Soeharto.
"Supersemar seharusnya disikapi dengan arif. Saya ingin measurement-nya
ini upaya penegakan Pancasila," kata Kiki dalam Forum Group Discussion
Peringatan ke-50 Supersemar di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto, Jakarta
Selatan, Sabtu (13/2/2016).
Ia menjelaskan, pada Pemilu 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) diizinkan
untuk ikut serta oleh Soekarno meski ada perlawanan sikap dari TNI AD.
Pascapemilu, PKI terus berkembang. Namun perlawanan dari TNI AD dan juga
kalangan muslim Nahdatul Ulama (NU) pecah dalam peristiwa G30S/PKI.
"Kemudian situasi berkembang sampailah pada titik Bung Karno mengeluarkan
Supersemar," ucap Kiki.
Kiki tak memandang keputusan Soekarno mengeluarkan Supersemar sebagai suatu
kesalahan. Begitu pun sikap dari Soekarno untuk memberangus PKI setelah
dikeluarkannya Supersemar.
Dari sisi Soekarno yang saat itu kondisi kesehatannya semakin menurun, rasanya
tepat menunjuk Soeharto untuk memulihkan keadaan. Saat itu Soeharto memegang
posisi kunci setelah Jenderal Ahmad Yani terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI.
"Melihat situasi saat itu, sikap Bung Karno arif memerintahkan bawahannya
dan arif memilih bawahannya yang tepat," jelasnya.
Dari sisi Soeharto pun dinilai tepat telah membubarkan PKI. Sebab, PKI dianggap
sebagai pusat kekacauan (center of gravity) saat itu. Menurut para
sejarawan, Soeharto sudah seringkali mengingatkan Soekarno untuk membubarkan
PKI.
"Apabila PKI menang, mungkin kekerasan itu akan lebih besar lagi,"
imbuh Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat itu.
Sumber: Metronews.com dan Tempo.co