FOCUS GROUP DISCUSSION I “NEW TRACE DALAM AMANAH SEJARAH UNTUK MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA INDONESIA”

·         Pembicara kedua: Dr. Anhar Gonggong

Assalamualaikum Wr. Wb.
Membicarakan persoalan ini sebenarnya terkadang meragukan hal-hal yang bersifat emosional. Peristiwa sejarah sering kali bukan hal yang penting, tetapi ketika membicarakan tentang proses terjadinya seperti ini memang menguras emosi. Banyak pihak setelah beliau jatuh memberikan kejadian-kejadian yang “aneh”. Kalau dari segi berbagai hal disini juga bisa dilihat dari sejarah beberapa hal yang terjadi, berbagai gagasan yang dilakukan oleh Pak Harto berkaitan dengan kebijakannya kemudian tidak disepakati oleh berbagai pihak termasuk mahasiswa, tetapi tetap mengelak.
Sebenarnya peristiwa SUPERSEMAR sudah selesai. Apalagi Pak Harto sudah meninggal, Bung Karno sudah meninggal dan ada yang sering keliru, orang melihat Soekarno sebagai Soeharto. Ada yang mengatakan begini Soekarno itu dibunuh tiga kali, pernah mengatakan Soekarno tidak pernah mati. Jika Soekarno mati Megawati tidak akan menjadi Presiden, kalau Soekarno mati Jokowi tidak akan menjadi Presiden. Jadi Soekarno itu tidak pernah mati. Itu yang sering disalah pahami orang sehingga menimbulkan pertentangan. Dan memang jangan pernah berharap antara yang pro dan yang kontra, pendukung SUPERSEMAR akan kompak, tidak akan pernah. Bahwa kita saling memahami itu penting, bagaimana kita memahami sehingga SUPERSEMAR itu keluar, dan bagaimana proses-proses lebih lanjut tentang hal itu. Hal itu yang harus dipahami. Jadi kalau ada orang yang mengatakan SUPERSEMAR itu sebagai sesuatu hal yang merupakan jembatan antara demokrasi terpimpin dan orde baru, oke. Tetapi, ketika SUPERSEMAR dalam proses sebagai dokumen disana banyak sekali peristiwa dimana peristiwa itu lah yang harus kita pahami.
Tidak pernah mengatakan bahwa SUPERSEMAR itu sebagai istilah kudeta digunakan. Jangan salah mengartikan peristiwa seperti itu, SUPERSEMAR itu keluar karena ada berbagai faktor yang menyebabkannya, dan kalau tidak keluar menyebabkan yang lebih panjang persoalan yang akan dihadapi. Jadi memahami SUPERSEMAR secara sederhana, karena melihat ketika menjadi mahasiswa di Yogya pergumulan-pergumulan. Jadi kalau ada yang mengatakan itu seakan-akan menjadi persoalan sehingga terjadi kudeta, tidak. Yang terjadi adalah pertarungan antara dua pihak yang sedang berada dalam suatu proses konflik, dan konflik itu harus selesai. Siapa yang bilang tidak terjadi konflik pada waktu itu? Enggak ada, memang terkait konflik dan itu fakta. Dan salah satu faktor mengapa konflik dan peristiwa SUPERSEMAR itu keluar, sederhana. Jadi ketika para mahasiswa, ketika pendukung orde baru segera bubarkan PKI, dan para pendukung Bung Karno katakan tidak, ya tentu saja terjadi konflik. Dan sederhana juga kenapa Soekarno tidak mau, karena memang yang ditokohkan ketika itu, nama Internasionalnya akan rusak, dan itu diakui oleh Ruslan Abdul Ghani, yang dalam berbagai kesempatan pernah mengatakan kalau Bung Karno pada waktu itu membubarkan PKI habis namanya dilingkungan Internasional, paling tidak di Blok Timur. Dan memang konteks waktu itu yang terjadi dalam bagian daripada perang dingin. Ini yang menyebabkan orang tidak bisa memahami peristiwa ini jika tidak meletakkan hal ini, terjadinya dalam konteks waktu dan bagaimana terjadinya peristiwa ketika itu.
Memang orang selalu mengatakan SUPERSEMAR itu belum tentu ada. Ada yang mengatakan SUPERSEMAR itu tidak ada. Padahal pasti ada, seperti yang sudah dibacakan oleh Pak Taufik, dan memang bunyinya seperti itu. Melakukan berbagai semacam observasi dengan berbagai pihak pada waktu itu. Hal itu ada, isinya lah yang menjadi persoalan, karena salah satu diantaranya adalah justru menjadi gagal melindungi wibawa Presiden, pemimpin dan pelaku revolusi. Dan harus ingat, ketika SUPERSEMAR digunakan oleh Soeharto untuk membubarkan PKI, dibicarakan oleh Pak Saela tanggal 13 Maret itu sebenarnya ada surat dari Presiden Soekarno yang menyatakan bahwa dia tidak menyetujui itu, ajudannya yang ngomong, dan pada saat itu Bung Karno marah, karena tujuan dari pada SUPERSEMAR itu bukan itu. Tetapi kalau Pak Harto tidak menggunakan itu untuk membubarkan PKI akan lebih kacau situasinya karena semakin tinggi tuntutan orang untuk segera melakukan itu. Jadi ada kognisi psikologi yang memaksa dan tidak bisa dihindari. Nah, persoalan ini juga yang sering dilupakan orang. Siapa yang bisa menahan massa ketika itu. Pak Harto mengambil suatu jalan strategis ketika dia memerintah kepada tiga orang jendralnya untuk bernegosiasi, dan itu sebenarnya tindakan strategis untuk menyelesaikan persoalan. Jadi bukan sekedar sebuah surat perintah yang tanpa suatu sekedar untuk merebut kekuasaan. Tidak pernah menyebut dengan itu, walaupun terlepas ketika Pak Soeharto berkuasa berapa kali ditangkap. Tidak mempersoalkan disitu, tetapi melihatnya secara objektif. Itu hal yang harus dipahami, jangan menganggap antara pro dan kontra akan ketemu, tidak.
Paling tidak pertemuan seperti ini, membuka ruang untuk memahami persoalan yang berkaitan dengan persoalan yang kita bicarakan ini. SUPERSEMAR sudah selesai, tetapi memang banyak faktor-faktor psikologi yang menyebabkan seakan-akan ini penting dan belum selesai. Berkali-kali ditelepon, orang menyampaikan menemukan SUPERSEMAR yang asli. Tidak akan pernah ada yang menemukan. Semua yang ada di arsip nasional sudah diteliti dan itu palsu semua. Jadi yang tersimpan di arsip nasional itu bukan lah SUPERSEMAR yang asli, dan itu hasil penelitian. Kira-kira sekitar setahunan yang lalu ada yang telepon, dengan bangga. Setiap orang yang merasa berkaitan dengan SUPERSEMAR, ada beberapa orang yang datang, berbisik-bisik sebagai sesuatu yang begitu penting. “Saya sudah tahu tempatnya SUPERSEMAR”, seakan-akan itu merupakan rahasia yang begitu penting. Selalu menjawab dengan sederhana, “Darimana kau ketemukan?” Yang terakhir yang aneh, telepon dia cerita, “Saya temukan SUPERSEMAR yang tersimpan disuatu tempat dibawahnya ada aliran sungai. Dengan bercanda “Sejak kapan dapat wangsit dari Tuhan untuk mendapatkan hal seperti itu?”. Jadi tentang SUPERSEMAR banyak cerita yang aneh-aneh.
Tetapi, kembali kepada lima tujuan yang dikirimkan dan tuliskan disini. Ada masalah disini kalau bertujuan mempertemukan antara yang pro dan kontra disini tidak mungkin. Karena tidak akan mungkin bisa mempertemukan antara yang pro SUPERSEMAR dengan yang anti SUPERSEMAR. Yang bisa dilakukan adalah bertemu untuk saling membuka ruang agar supaya ada dialog dan dialog seperti ini memang penting juga. Tapi, kalau pertemuan ini mengatakan antara yang pro dan kontra akan sepakat, tidak akan terjadi. Tapi jika berkomunikasi dengan menampakkan sikap masing-masing itu saja sudah merupakan hal yang penting. Ada lima tujuan diantaranya, menjadikan. Apa yang menjadikan jernih? Histori tidak ada yang tidak jernih disitu, SUPERSEMAR dikeluarkan oleh Soekarno oleh karena suatu proses panjang untuk mencari jalan penyelesaian, dan terlepas dari bagaimana cara, sehingga ada orang yang mengatakan itu aneh. Bahwa ada seseorang yang datang menodong Bung Karno, dan yang memberi tahu itu seorang Sersan namanya Wirarjo. Pati bohong itu. Tidak mungkin seorang sersan ada ditengah-tengah itu, dia pasti berada diluar kalau tugas. Terkecuali kalau dia mempunyai telepati menembus tembok untuk melihat itu. Tapi kalau dia ada disitu pasti bohongnya, tapi celakanya fakta itu ditulis untuk menjadi guru besar sejarah. Malahan seakan-akan Wirarjo itu benar. Darimana ketemuanya, ini tidak mungkin, bagaimana seorang kopral disitu lalu lihat. Tidak mungkin. Itu sudah fakta bohong saja. Jadi banyak hal yang aneh disekitar SUPERSEMAR ini. Jadi, tidak perlu berbicara soal penjernihan, sebab tugasnya sudah selsesai. Apa yang mau dijernihkan? Pak Harto mendapatkan itu, dan memang ada konflik. Bung Karno tidak sepakat dengan itu dan bahkan ada pidatonya yang marah-marah, bisa dicari pidato itu di arsip nasional. Apanya yang mau dijernihkan? Tidak perlu.
 Lalu mengenai menganggap SUPERSEMAR sebagai tonggak sejarah. Terus terang tidak pernah memiliki itu. Hanya menggangap hanya ada 3 tonggak sejarah secara keseluruhan pergerakan nasional karena itu yang membentuk. Tonggak yang kedua 17 Agustus. Tonggak yang ketiga 10 November. Yang lainnya itu tidak ada, sejarah biasa saja. Yang pertama tadi 28 Oktober, yang kedua 17 Agustus, yang ke tiga 10 November. Yang lainnya tidak ada, kita setelah berkumpul merdeka tidak menemukan apa-apa, sudah merdeka kok. Tujuan dari merdeka adalah menyelesaikan persolan, tapi sampai sekarang tidak selesai-selesai. Yang ada berkelahi terus, apa itu merdeka? kan tidak. Bicara jujur saja, tidak pernah sedemikian hal menempatkan Bung Karno dan Soeharto. Tidak perlu menempatkan, dua-duanya sudah punya tempatnya sendiri. Didalam sejarah punya peranannya sendiri, dan bagaimana itu bertingkah laku kita sudah pada tahu semua, tinggal menilai peristiwa nya masing-masing. Walaupun berkali-kali ditangkap pada jaman Orde Baru tapi selalu berusaha memberikan penilaian dan menempatkan Soeharto sebagai orang yang pernah memberikan arti tertentu dalam sejarah Indonesia. Tidak akan pernah menyebutkan Soeharto itu jelek sepenuhnya, tidak bisa, karena telah melakukan sesuatu tertentu terlepas dalam prosesnya dianggap melakukan berbagai hal. Tetapi dia mempunyai peranan tertentu seperti halnya Soekarno. Jadi, jika ingin mencari itu dan segalanya, tidak perlu. Mari kita ngomong menempatkan seperti biasa, sebagai sejarah biasa, jangan diagung-agungkan seakan-akan sesuatu yang hebat, biasa saja. Bahwa Pak Harto berkuasa selama 32 tahun itu suatu proses politik, tidak ada yang wah. Soekarno berkuasa selama 6 tahun kemudia menjadi Presiden 20 tahun itu juga hal biasa, peristiwa sejarah biasa. Apa yang menjadi wah disitu? tidak ada. Oleh karena itu, mau berbicara secara terus terang, bagaimana bersikap, bagaimana memahami tentang peristiwa ini, tidak sembunyi-sembunyi tidak ada gunanya. Kalau kita sembunyikan akan menyakiti diri kita sendiri. Jadi untuk berbicara seperti ini, untuk sepakat atau tidak, tidak menjadi persoalan, tetapi sudah menyampaikan bagaimana memandang persoalan itu dan bagaimana menempatkannya sebagai seorang yang belajar sejarah.
Mari kita anggap peristiwa SUPERSEMAR ini sebagai hal peristiwa sejarah yang biasa yang meberikan makna tertentu. Jangan ditempatkan seakan-akan segala-galanya. Ini merupakan hanya peristiwa sejarah biasa.

Wasallamualaiku Wr. Wb.

Sumber: Arsip KMAPBS/Ir. Agus Riyanto, M.T.